Peduli Leluhur, Tedhak Turun Prabu Amangkurat Jawi Siap Gelar " Umbul Donga " Tiap Sabtu Wage

 

Sunan Prabu Amangkurat Jawi

|MertiBudaya|- Sosok Susuhunan Prabu Amangkurat Jawi adalah leluhur para Raja Mataram Yogyakarta dan Surakarta.

Dari benih beliau lahir Sri Suhunan Paku Buwono II yang menjadi pendiri Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Ada pula putra Beliau Sri Sultan Hamengkubuwono  I yang mendirikan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan juga menurunkan putranya menjadi penguasa Kadipaten Pakualaman dengan nama K.G.P.A.A.Sri Pakualam I.

Bendoro Pangeran Haryo Mangkunegoro yang kemudian menurunkan Pangeran Sambernyawa atau dikenal dengan K.G.P.A.A. Mangkunegara I penguasa di Kadipaten Mangkunegaran yang pertama.

Bahkan putra beliau yang pertama B.P.H. Sandiyo menjadi tokoh agama dan ulama ternama yang membangun Desa Mlangi Sleman menjadi Pusat Pendidikan Keagamaan ternama di Indonesia.

Susuhunan Prabu Amangkurat IV memerintah pada tahun 1719-1726 di Kraton Mataram Kartosuro. Karena menurunkan raja raja Jawa beliaun mendapat gelar Amangkurat Jawi, leluhur raja-raja Jawa dan Bapak Wangsa Mataram yang melahirkan trah yang berkuasa di Yogyakarta dan Surakarta.

Beliau wafat, Sabtu Wage, 20 April 1726, dimakamkan di Astana Pakubuwanan, Makam Raja-Raja Mataram, Pajimatan, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Atas dasar itulah Tedhak Turun Susuhunan Prabu Amangkurat Jawi akan menggelar ritual rutin Dzikir, Tahlil & Umbul Doa bagi Susuhunan Prabu Amangkurat Jawi, Sultan Agung Hanyakrakusumo dan seluruh leluhur mataram.

Semua Tedhak Turun Prabu Amangkurat Jawi diseluruh Dunia diharapkan bisa mendoakan arwah leluhur setiap Sabtu Wage dalam kegiatan yang diberi nama Majelis Setu Wage (MATUGE).

Beberapa Tedhak Turun juga berniat bersama sama adakan acara Ziarah & Reresik Bareng di Komplek Makam Astana Pakubuwanan dimana bersemayam Susuhunan Prabu Amangkurat, Sunan Pakubuwono I (Ayahanda Sunan Amangkurat Jawi) dan Sunan Pakubuwono II (Putra Sunan Amangkurat Jawi). Ziarah & Reresik Bareng akan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali sebagai wujud cinta Tedhak Turun kepada leluhurnya. (*)

Lebih baru Lebih lama