Atlas Walisongo, Mengungkap Eksistensi Penyebar Islam Di Tanah Jawa

 


|Uploader: R.001|

MertiBudaya - Buku Atlas Walisongo - Gus Rijal Mumazziq (Rektor Al Falah As-Sunniyah Jember).


Mengapa harus membaca buku atlas Walisongo:


  1. Ada upaya melakukan dekonstruksi sejarah dengan menempatkan Walisongo sebagai sosok "imajinasi-historis". Mereka disebut tidak pernah ada, dan cerita tutur turun temurun hanya sebagai legenda atau dongeng belaka. Ini tampak dalam buku karya Sjamsudduha, berjudul "Walisongo Tidak Pernah Ada?" yang berisi asumsi argumentatif bahwa para da'i yang disebut Walisongo--sebagai sebuah lembaga dakwah yang beranggotakan 9 orang tokoh Wali penyebar Islam di Jawa itu tidak pernah ada. Adapun buku Atlas Walisongo bukan saja menempatkan sosok para wali sebagai pribadi yang nyata, melainkan juga menjadikannya sebagai penggerak peradaban Jawa-Islam.
  2. Jika Anda membaca Ensiklopedia Islam yang tujuh jilid dan mencari informasi tentang Wali Songo, dijamin tidak akan menemukannya. Itu artinya, pada masa depan--kira-kira 20 tahun ke depan—Wali Songo akan tersingkir dari percaturan akademis karena keberadaan mereka tidak legitimate dalam Ensiklopedia Islam. Wali Songo ke depan akan tersingkir dari ranah sejarah dan tinggal mengisi ruang folklore sebagai cerita mitos dan legenda. Anehnya, di dalam Ensiklopedia Islam itu tercantum kisah tiga serangkai haji: Haji Miskin, Haji Sumanik, Haji Piabang sebagai pembawa ajaran Islam (Wahabi) ke Sumatra Barat. Itu berarti, anak cucu Anda kelak akan memiliki pemahaman bahwa Islam baru masuk ke Nusantara pada tahun 1803 Masehi, yaitu sewaktu tiga serangkai haji itu menyebarkan ajaran Wahabi ke Sumatra Barat. Dalam keserbaterbatasan segala hal, alhamdulillah buku ATLAS WALI SONGO dengan pendekatan multidisiplin: historis; arkeologi; aetiologis;  etno-historis, dan kajian budaya dapat terselesaikan. Isi buku ini sangat membumi dengan proses sinkretisasi-asimilatif dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Fakta mencengangkan di buku ini adalah bahwa kerajaan Islam pertama di Jawa bukanlah Kerajaan Demak (abad 15), melainkan Kerajaan Lumajang yang menunjuk kurun waktu awal abad 12, yaitu saat Singasari di bawah Sri Kertanegara.
  3. Jika selama ini cerita tutur yang berkembang menempatkan sosok para wali sebagai pemilik karomah dengan kekuatan adikodrati, maka buku Atlas Walisongo menyajikan fakta historis apabila mereka bukan saja sebagai da'i, melainkan juga ahli tata kota, pakar teknologi di bidang pengairan dan ahli pengobatan, arsitek budaya, serta jago dalam olah kesenian: ukir, musik, suara, sastra, dan sebagainya.


ENDORSEMENT:


“Buku ini menarik sekali. Agus Sunyoto tidak tanggung-tanggung dan serius sekali dalam menelusuri, meneliti, dan memperdalam sejarah Wali Songo. Kalau tidak lahir buku seperti ini, kita akan terus menggunakan referensi sejarah buatan Belanda.” (K.H. Achmad Mustofa Bisri, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin, Rembang)


“Buku ini ujung tonggak, komprehensif tentang dakwah Wali Songo. Dalam dakwah Wali Songo, tidak ada satu dimensi kehidupan manusia yang diabaikan. Jadi dakwahnya itu dakwah kelengkapan seluruh kemanusiaan.” (Emha Ainun Nadjib, Budayawan)


“Buku Atlas Wali Songo memberikan pemahaman komprehensif tentang Islam di Nusantara. Tanpa buku ini, masa depan Islam akan sangat formal dan karakternya bukan seperti NU. Tanpa menghargai wali Allah, kita hanya menjadi pribadi mukmin, bukan muhsin.” (Sujiwo Tejo, Dalang dan Penulis Buku)


Harga: Rp 140.000


Berminat? 


*Bisa chat di nomor; wa.me/6285645311110*

Lebih baru Lebih lama