Wujud Cinta Leluhur, Para "Tedhak Turun" Bersama Anak Yatim Gelar "Umbul Donga Tresno Leluhur Mataram" di Makam Pajimatan Imogiri

Foto: Istimewa

|Uploader: R.001||Pewarta: Dewi|

MertiBudaya, Bantul - Bertempat di Bangsal Supit Urang, Astana Sultan Agungan, Makam Raja Raja Mataram, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,.puluhan jamaah yang terdiri dari Abdi Dalem Juru Kunci Makam Pajimatan Imogiri, Tedhak Turun Trah Mataram, anak-anak yatim & masyarakat umum pecinta leluhur & budaya Mataram khidmad menggelar "Umbul Donga Tresna Leluhur Mataram", Sabtu (6 Juli 2024).


Hadir dalam kegiatan tersebut Bupati Puroloyo K.R.T.Reksonegoro didampingi Carik Romo Raden Wedono Pinten dan Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang bertugas di makam raja raja Mataram Imogiri.

Selain itu juga nampak hadir para putri perwakilan dari Panti Asuhan Yatim Ad Dzikro, Wukirsari, Imogiri, Bantul.


Kegiatan dimulai dengan pembacaan dzikir, tahil dan doa untuk seluruh leluhur Mataram yang dipimpin Rois dari Abdi Dalem Juru Kunci dilanjutkan dengan doa untuk orang tua yang telah tiada oleh anak anak yatim.

Kegiatan ini adalah ritual rutinan dari Majelis Setu Wage (Matuge) yang dipimpin oleh Ki Ariyo Suro Tirto Negoro Ketua Yayasan Pemerti Budaya Catur Sagatra Mataram yang bisa diikuti oleh semua Tedhak Turun Leluhur Mataram dan masyarakat umum.


"Jamaah majelis pagi ini diikuti oleh sekitar 40 peserta yang berasal dari Jogja, Sleman, Bantul, Kulonprogo, Magelang, Kebumen, Solo, Klaten, Semarang, Purworejo, Sidoarjo, Malang dan daerah lainnya", ungkap ki Ariyo.

"Saudara dari berbagai jalur Trah Tedhak Turun Raja Raja Mataram ini hadir dengan niat yang sama yaitu ingin memuliakan leluhur, "Ngumpulke Balung Pisah" dan "Mikul Duwur Mendem Jero", pungkas nya.

Jamaah yang berasal dari berbagai daerah nampak sangat bahagia bisa mengikuti kegiatan ini. Salah satu nya Mbak Fadjar atau yang bisa dipanggil dengan Ki Joko Lelono dari Sidoarjo, Jawa Timur.

Pria berusia 78 tahun ini mengaku sangat berbahagia bisa mendapatkan banyak saudara dan berkesempatan ziarah ke makam leluhur yang sudah cukup lama ia impikan.


Hal senada juga disampaikan oleh Eva, jamaah asal Jakarta Timur yang jauh jauh datang bersama putrinya Isabela.

"Saya tidak menyangka bisa mengikuti kegiatan yang luar biasa ini. Tidak kebayang dan ini seperti mimpi", ujarnya.

Kegiatan ini memang sangat membahagiakan. Karena semua pada akhirnya menjadi saudara dan keluarga. Bahkan ada beberapa jamaah yang saling bertemu dan ternyata masih memiliki darah leluhur yang sama (*)

Lebih baru Lebih lama